Thursday, July 20, 2017

PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

1. MODEL PEMBELAJARAN PAUD

Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.

Model mengajar dapat pula diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum mengatur materi peserta didik, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya

Pembelajaran pada anak usia dini diharapkan dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik terlepas dari model pembelajaran yang dia gunakan. Guru PAUD harus memahami model pembelajaran apa yang akan gunakan, apakah model pembelajaran tersebut sesuai dengan karakteristik sekolahnya, bagaimana penataan main dari pendekatan model pembelajaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu guru harus memiliki pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan belajar yang baik terutama di dalam kelas dan dilakukan dengan mempertimbangkan model pembelajaran yang digunakan. Diharapkan guru PAUD menjadi fasilitator yang dapat merangsang anak untuk aktif dalam melaksanakan kegiatan main yang bermakna

Terdapat beberapa model pembelajaran yang diterapkan di Indonesia dengan memiliki karakteristik yang berbeda. Model pembelajaran tersebut menentukan penataan lingkungan belajar yang memungkinkan anak untuk bekerja, bergerak dan berkembang secara bebas. Ruang kelas ditata indah dan menarik bagi anak serta peralatan disesuaikan dengan ukuran anak. Bahan dan alat main diatur dalam rak-rak yang mudah dijangkau anak, serta memiliki banyak buku dan bacaan untuk mengembangkan keaksaraan anak.

Model pembelajaran yang diterapkan, diantaranya

1). Model Pembelajaran Kelompok Kelompok Berdasarkan Sudut-sudut Kegiatan (Model Sudut) 

 
Model pembelajaran sudut memberikan kesempatan kepada anak didik belajar dekat dengan kehidupan sehari-hari. Model ini bersumber pada teori pendidikan dan perkembangan Montessori. Karakteristik model sudut antara lain:
1. Praktek kehidupan.
Anak-anak dikenalkan dengan berbagai kegiatan hal dalam kehidupan sehari- hari untuk melatih keterampilan dan kemandirian, seperti mengikat tali sepatu, menyiapkan bekal makan mereka, pergi ke toilet tanpa bantuan, dan membersihkan diri sendiri ketika mereka menumpahkan sesuatu, dan berbagai keterampilan hidup lainnya.

2. Pendidikan kesadaran sensori.
Anak-anak dilatih untuk membangun kepekaan dalam menggunakan lima indera yang mereka miliki.
 

 3. Seni berbahasa.
Anak-anak diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri mereka secara verbal, mengembangkan kemampuan membaca, mengeja, tata bahasa, dan kemampuan menulis.

4. Matematika dan geometri.
Anak-anak dikenalkan tentang konsep matematika dasar, baik itu dengan menggunakan tangan maupun dengan alat.

5. Budaya
Anak-anak dikenalkan dengan berbagai budaya yang mencakup geografi, hewan, waktu, sejarah, musik, gerak, sains, dan seni.
Selaras dengan fokus program pembelajaran di atas, maka sudut yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

1. Sudut Latihan Kehidupan Praktis (Practical Life Corner)
Sudut Latihan Kehidupan Praktis memberikan kesempatan untuk meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitar mereka setiap hari. Misalnya, mereka menyapu, mencuci, memindahkan suatu barang dengan berbagai alat yang berbeda ( sendok, sumpit dan lain-lain), membersihkan kaca, membuka dan menutup kancing atau resleting, membuka dan menutup botol/kotak/kunci, mengelap gelas yang sudah di cuci dan sebagainya. Melalui berbagai aktivitas yang menarik ini, anak-anak belajar untuk membantu diri mereka sendiri (self help), berkonsentrasi dan mengembangkan kebiasaan bekerja dengan baik.

2. Sudut Sensorik
Sudut sensorik mengembangkan sensitivifitas penginderaan anak, yakni penglihatan, pendengaran, penghiduan, perabaan, dan pengecapan. Di sudut sensorik fokus pada pengenalan benda seperti berbagai perbedaan warna, merasakan berat ringan, berbagai bentuk dan ukuran, merasakan tekstur halus dan kasar, tinggi-rendah suara, berbagai bebauan dari berbagai benda, dan mengecap berbagai rasa dari benda yang dijumpai sehari-hari.

3. Sudut Matematika (Pre Math and Perception Corner)
Sudut matematika memberi kesempatan kepada anak-anak mengenal konsep- konsep matematika mulai dari hal yang kongkrit hingga abstrak. Anak-anak belajar memahami konsep dasar kuantitas/jumlah dan hubungannya dengan lambang-lambang serta mempelajari angka-angka yang lebih besar dan operasi matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian secara alami. Selain itu, di sudut ini anak dapat belajar matematika melalui pengukuran, seperti mengukur jarak, mengukur literan, mengukur besar kecil dan lain-lain.

4. Sudut Bahasa (Language and Vocabulary Corner)
Sudut Bahasa mengembangkan kemampuan anak dalam belajar mendengar dan menggunakan kosa kata yang tepat untuk seluruh kegiatan, mempelajari nama-nama susunan, bentuk geometris, komposisi, tumbuh-tumbuhan,dan sebagainya. Selain itu, anak-anak mulai diperkenalkan tentang komposisi/susunan kata, kalimat dan cerita

5. Sudut Kebudayaan (Culture and Library Corner)
Sudut Kebudayaan memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengenal Geografi, Sejarah, IImu tentang tumbuh-tumbuhan dan IImu pengetahuan yang sederhana. Anak-anak belajar secara individual, kelompok dan diskusi mengenai dunia sekitar mereka, pada saat ini dan masa lalu. Pengenalan akan tumbuh- tumbuhan dan kehidupan binatang seperti juga pengalaman sederhana untuk mengetahui lebih jauh tentang ilmu pengetahuan alam. Selain itu, anak-anakpun diperkenalkan tentang masakan khas daerah, melalui kegiatan memasak
Sudut-sudut di atas saling berkaitan dan dibuka secara bersamaan setiap harinya. Anak-anak dibolehkan untuk memilih sudut mana yang paling diminatinya. Mereka dapat berpindah ke sudut lainnya dengan tidak mewajibkan untuk menguasai kemampuan di sudut sebelumnya. Namun demikian Sudut Sensorik dan Sudut Latihan Kehidupan Praktis merupakan fondasi yang mendasar bagi sudut yang lain. Artinya anak usia yang lebih muda membutuhkan lebih banyak waktu dan kesempatan bermain di dua sudut tersebut.
Sepanjang hari terdapat aktivitas-aktivitas yang memungkinkan anak-anak menikmati dan mengembangkan keahlian dan kepekaan sosial mereka. Untuk mengenalkan nilai-nilai dan kegiatan ritual keagamaan, maka di Di Indonesia ditambahkan dan dikembangkan Sudut Ketuhanan

2). Model Pembelajaran Kelompok Berdasarkan Kegiatan Pengaman (Model Kelompok)
Model pembelajaran berdasarkan kelompok dengan kegiatan pengaman merupakan pola pembelajaran dimana anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbeda-beda secara bergantian.
Kegiatan di kelompok merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan anak. Dimana guru mendampingi kelompok anak, memberikan dukungan sesuai kebutuhan anak, serta memastikan anak menyelesaikan kegiatan sesuai yang diharapkan. Kemudian guru mempersilahkan anak untuk berpindah ke kegiatan berikutnya atau ke kegiatan pengaman.

Sementara kegiatan pengaman berfungsi sebagai; 1) kegiatan alternatif bagi anak yang lebih cepat menyelesaikan kegiatan dikelompoknya, dan 2) sarana transisi anak untuk berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya, melatih kesabaran dan mengendalikan perilaku anak saat menunggu giliran, serta pemenuhan minat anak terhadap kegiatan yang disediakan guru.
Pada kegiatan pengaman, harus mempertimbangkan karakteristik dan minat anak terhadap kegiatan, bahan dan alat main, atau apapun yang ada dilingkungan sekitar anak.
Dalam satu kali pertemuan, guru menyediakan kegiatan sejumlah kelompok anak dan kegiatan pengaman. Misalnya, anak dibagi kedalam 3 (tiga) kelompok, maka guru menyediakan kegiatan untuk 3 (tiga) kelompok dan juga kegiatan pengaman. Anak harus menyelesaikan 2-3 kegiatan yang sudah disediakan secara bergantian. Jika terdapat anak yang menyelesaikan tugas lebih cepat dari teman di kelompoknya, maka anak tersebut dapat meneruskan kegiatan di kelompok lainnya selama masih tersedia tempat main. Namun apabila tidak tersedia tempat main, maka anak tersebut dapat bermain dengan kegiatan pengaman.
Oleh karena itu, penataan seluruh kegiatan, baik kegiatan kelompok maupun kegiatan pengaman, sebaiknya tetap memperhatikan kecukupan tempat dan jenis main yang disediakan dengan menggunakan bahan dan alat-alat yang lebih bervariasi dan disesuaikan dengan tema atau sub tema yang dibahas

3). Model Pembelajaran berdasarkan Area/ Minat (Model Area)

Model Pembelajaran Area dikembangkan oleh Highscope di Amerika Serikat dan dikembangkan di Indonesia oleh Children Resources International. Inc. Model area dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus bagi setiap anak dan dapat menjunjung tinggi keragaman tradisi budaya, dan menekankan pada mengindividualisasi pengalaman belajar bagi anak, membantu anak mengambil keputusan melalui kegiatan yang direncanakan dan melibatkan peran serta keluarga.

Filosofi model pembelajaran berdasarkan area adalah sebagai berikut:

• Melibatkan anak secara alamiah dalam proses belajar.
• Lingkungan dirancang secara cermat dengan menggunakan konsep “Tahap Demi Tahap”
mendorong anak untuk BEREKSPLORASI, MEMPELOPORI, dan MENCIPTAKAN.
• Dalam menciptakan lingkungan dan menyediakan bahan ajar, guru menggunakan pengetahuan
yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan anak.
• Peran guru adalah menyusun tujuan yang sesuai bagi masing-masing anak secara individu dan
kelompok, yang bertujuan untuk:
- Menanggapi minat anak
- Menghargai kelebihan-kelebihan dan kebutuhan setiap anak.
- Menjaga keingintahuan alami anak untuk bertahan hidup.
- Mendukung pembelajaran bersama.
Dalam proses pelaksanaannya model area menggunakan pendekatan perkembangan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
· Anak adalah pembelajar aktif yang secara terus menerus mendapatkan informasi mengenai dunia melalui kegiatan bermain.
· Anak mengalami kemajuan melalui tahapan-tahapan perkembangan yang dapat diperkirakan.
· Anak bergantung pada kognitif melalui interaksi sosial.
· Anak adalah individu unik yang tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang berbeda.

Program-program utama dalam model pembelajaran berdasarkan area, diantaranya:
1. Konstruktivisme
a. Pembelajaran terjadi saat anak berusaha memahami dunia di sekeliling mereka.
b. Pembelajaran menjadi proses interaktif yang melibatkan teman sebaya, orang dewasa, dan lingkungan.
c. Anak membangun pemahaman mereka sendiri terhadap dunia dengan mensintesa pengalaman-pengalaman baru dengan apa yang telah mereka pahami sebelumnya.
d. Meskipun anak harus membangun sendiri pemahaman, pengetahuan, dan pembelajaran mereka, peran orang dewasa/guru sebagai fasilitator dan mediator sangatlah penting.
e. Guru harus menyediakan alat-alat, bahan-bahan, dukungan, petunjuk, dan minat untuk memaksimalkan kesempatan belajar bagi anak.

2. Metodologi yang sesuai perkembangan
a. Metodologi yang didasarkan pada pengetahuan mengenai perkembangan anak. Semua anak berkembang melalui tahapan perkembangan yang umum, tetapi pada saat yang sama, semua anak berkembang sebagai individu yang unik.
b. Meliputi kegiatan-kegiatan yang mengacu pada minat anak, tingkat perkembangan kognitif, dan kematangan sosial dan emosional.
3. Pendidikan progresif
a. Pendidikan dipandang sebagai PROSES SEPANJANG HIDUP, bukanlah persiapan untuk masa datang. (John Dewey, 1983)
b. Pelaksanaan pendidikan progresif dibangun berdasarkan prinsip-prinsip perkembangan dan konstruktif.
Lingkungan belajar pada model area merupakan lingkungan belajar yang berpusat pada anak. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan minat masing-masing anak (individualisasi) sementara itu pula memperhatikan pentingnya pembelajaran antar teman sebaya dan pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil. Proses individualisasi dicapai dengan menghargai tahapan perkembangan setiap anak dan merencanakan serangkaian kegiatan yang sesuai untuk memastikan pengalaman yang berhasil dari masing-masing anak. Anak-anak berindividualisasi saat mereka memilih pusat kegiatan atau kegiatan/ permainan tertentu.
Lingkungan belajar yang berpusat pada anak mendukung pembelajaran individu ditata menjadi area-area kegiatan. Area-area kegiatan memungkinkan anak untuk berindividualisasi atas prakarsa berdasarkan keterampilan dan minat yang mereka miliki. Guru mengamati anak dengan cermat selama kegiatan berlangsung. Guru dapat merubah atau menyesuaikan bahan ajar dan kegiatan yang diperlukan. Kelompok kecil akan lebih memaksimalkan tingkat individualisasi dan meningkatkan efektifitas guru.
Area ditata secara menarik dan mengundang minat anak. Peralatan, bahan- bahan ajar, jadwal harian, dan tata letak kelas sesuai dengan kebutuhan dan meningkatkan pertumbuhan setiap anak. Setiap area memiliki beberapa kegiatan yang menggunakan alat dan bahan yang berbeda sesuai dengan karakteristik dan tujuan area tersebut. Semua anak dapat memilih area mana yang paling sesuai dengan minatnya. Untuk semua area difasilitasi oleh seorang guru. Guru mengamati dan memberi dukungan anak-anak yang bermain di semua area yang dibukanya. Area yang dibuka terdiri dari:
AREA BALOK Area balok memfasilitasi anak untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir matematik, pola, bentuk geometri, ilmu tentang peta (topologi), hubungan satu dengan yang lain, penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, kemampuan berpikir dan memecahkan masalah, kreativitas, dan memperkuat daya konsentrasi melalui kegiatan membangun dengan balok.

AREA DRAMA
Area Drama memfasilitasi anak untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman anak dalam menuangkan ide, gagasan dan perasaan melalui kegiatan meniru, simbolik atau berpura-pura tentang peran-peran dalam kehidupan sosial dilingkungan sekitar. Menurut Victoria Brown dan Sara Pleydell, bermain drama penting untuk anak usia dini sebagai proses melatih fungsi kognitif seperti; mengingat, mengatur diri sendiri, mengembangkan kemampuan berbahasa, meningkatkan kemampuan fokus atau konsentrasi, merencanakan, menentukan strategi, menentukan prioritas, mengembangkan gagasan, dan keterampilan-keterampilan lain yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan di sekolah nanti. Kemampuan mengontrol dan mengatur perilaku diri sendiri termasuk bagian dari kemampuan fungsi eksekutif.
AREA SENI
Area seni mendukung pengembangan kreativitas dan pengalaman taktil (perabaan) anak dalam menggunakan berbagai bahan dan alat. Inti dari kegiatan seni adalah anak- anak mengeksplorasi dan mengekspresikan apa yang mereka amati, pikirkan, bayangkan, dan rasakan melalui alat dan bahan yang digunakannya.
AREA PASIR DAN AIR
Area pasir dan air lebih kepada pengembangan sensori-motorik. Namun demikian sentra ini sangat kaya dengan konsep-konsep matematika dan sain.Anak belajar penuh-kosong, berat-ringan, volume, dan sebagainya. Anak juga dapat belajar tentang perubahan bentuk, perubahan warna dan sebagainya.Area pasir dan air sangat diminati anak. untuk kelompok anak yang lebih kecil biasanya belum dapat mengendalikan diri sehingga perlu membawa baju ganti untuk digunakan selesai bermain.
AREA SAIN
Area Sains menyediakan banyak kesempatan bagi anak-anak untuk menggunakan panca indera dan menyalurkan langsung minat mereka terhadap kejadian-kejadian alamiah dan kegiatan-kegiatan manipulatif. Area sain juga dapat dilakukan di luar ruangan dengan tanaman, binatang, dan benda-benda di sekitar
AREA KEAKSARAAN
Area keaksaraan mengembangkan kemampuan mengenal konsep huruf, kata, kalimat, dan makna tulisan/bacaan yang ada disekitar anak.
Area keaksaraan meliputi buku-buku dan bahan bacaan untuk kegiatan membaca, dibacakan/menyimak/mendengar bahasa dan menulis. Kesusastraan di pergunakan selama hari-hari belajar anak. Anak-anak diminta untuk membuat buku sendiri, mendramatisasi dan menyimak cerita. Kemampuan keaksaraan dimulai dengan mengenal simbol-simbol sederhana dari benda yang ada disekelilingnya, membuat coretan di atas kertas
AREA MATEMATIKA
Area matematika sangat kental dengan kegiatan manipulative. Di area ini anak dapat belajar tentang bentuk, hitungan, angka, jumlah, pengelompokkan, ukuran, pola, memasangkan. Di sentra ini juga anak belajar pengembangan bahasa, sosial, emosional, dan aspek perkembangan lainnya
AREA GERAK DAN MUSIK
Gerak dan musik untuk anak usia dini sangat penting untuk membangun kesadaran akan gerakan diri sensiri, melatih kelenturan, mengikuti irama music, mengenal bunyi alat musik, mengeksplorasi alat-alat sederhana menjadi alat musik bebas. Kegiatan gerak dan lagu merupakan kebutuhan sehari-hari untuk anak usia dini. Dengan berkegiatan yang menyenangkan di area gerak dan lagu, akan berpengaruh pada: kemampuan berpikir dan berbahasa, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan fokus, membangun kesadaran spasial, mengembangkan rasa percaya diri, melatih kekuatan, kelenturan, dan koordinasi fisik, serta membangun keterampilan sosial
AREA AGAMA
Area Agama merupakan hasil pengembangan model area di Indonesia. Area Agama memfasilitasi anak belajar tentang kegiatan ibadah sesuai dengan agama yang dianut anak

4). Model Pembelajaran berdasarkan sentra (Model Sentra)

Model yang dikembangkan Creative Curriculum mengelola kegiatan pembelajaran yang seimbang antara bimbingan guru dengan inisiatif anak. Bermain dipandang sebagai kerja otak sehingga anak diberi kesempatan untuk memulai dari pengembangan ide hingga tuntas menyelesaikan hasil karyanya “start and finish”. Dukungan guru memfasilitasi anak mengembangkan kecakapan berpikir aktif dan anak diberi keleluasaan untuk melakukan berbagai kegiatan untuk mendapatkan pengalaman tentang dunia sekelilingnya. Sentra yang dikembangkannya tidak berbeda dengan sistem area. Perbedaan nampak dalam pengelolaan kelas. Dalam model area semua anak bebas bergerak di semua area yang dikelola oleh seorang guru. Dalam model sentra anak bebas memilih bermain yang disiapkan dalam satu sentra. Di dalam sentra dilengkapi dengan 3 jenis kegiatan bermain yaitu bermain sensorimotorik, main peran, dan main pembangunan. Keragaman main atau disebut juga densitas main memfasilitasi untuk dapat memilih mainan sesuai dengan minat nya. Kelompok anak berpindah bermain dari satu sentra ke sentra lainnya setiap hari. Tiap sentra dikekola oleh seorang guru. Proses pembelajarannya dengan menggunakan 4 pijakan yaitu pijakan penataan alat (pijakan lingkungan), pijakan sebelum main, pijakan selama main, dan pijakan setelah bermain.

Sentra yang dibuka diantaranya
SENTRA BALOK
Sentra balok memfasilitasi anak bermain tentang konsep bentuk, ukuran, keterkaitan bentuk, kerapihan, ketelitian, bahasa, dan kreativitas. Bermain balok selalu dikaitkan
dengan main peran mikro, dimana bangunan yang dibangun anak digunakan untuk bermain peran.

SENTRA MAIN PERAN KECIL (MIKRO)
Main peran kecil mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, kemampuan berbahasa, sosial-emosional, menyambung-kan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan baru dengan menggunakan alat main peran berukuran kecil

SENTRA MAIN PERAN BESAR
Sentra main peran mengembangkan kemampuan mengenal lingkungan sosial, mengembangkan kemampuan bahasa, kematangan emosi dengan menggunakan alat main yang berukuran besar sesuai dengan ukuran sebenarnya

SENTRA IMTAQ
Sentra Imtaq mengenalkan kehidupan beragama dengan keterampilan yang terkait dengan agama yang dianut anak. sentra Imtaq untuk satuan PAUD umum mengenalkan atribut berbagai agama, sikap menghormati agama

SENTRA SENI
sentra seni dapat dibagi dalam seni musik, seni tari, seni kriya, atau seni pahat. Penentuan sentra seni yang dikembangkan tergantung pada kemampuan satuan PAUD. Disarankan minimal ada dua kegiatan yang dikembangkan di sentra seni yakni seni musik dan seni kriya. Sentra seni mengembangkan kemampuan motorik halus, keselarasan gerak, nada, aspek sosial-emosional dan lainnya
 

SENTRA PERSIAPAN
Sentra persiapan lebih menekankan pengenalan keaksaraan awal pada anak. penggunaan buku, alat tulis dapat dilakukan di semua sentra, tetapi di sentra persiapan lebih diperkaya jenis kegiatan bermainnya. Pada kelompok anak paling besar yang segera masuk sekolah dasar, frekuensi main di sentra persiapan lebih banyak. Kegiatan persiapan dapat juga diperkuat dalam jurnal siang

SENTRA BAHAN ALAM
Sentra bahan alam kental dengan pengetahuan sain, matematika, dan seni. Sentra bahan alam diisi dengan berbagai bahan main yang berasal dari alam, seperti air, pasir, bebatuan, daun. Di sentra bahan alam anak memiliki kesempatan menggunakan bahan main dengan berbagai cara sesuai pikiran dan gagasan masing-masing dengan hasil yang berbeda

SENTRA MEMASAK
Sentra memasak kaya dengan pengalaman unik bagi anak mengenal berbagai bahan makanan dan proses sain yang menyenangkan. Di sentra memasak anak belajar konsep matematika, sain, alam, sosial, sehingga menunjang perkembangan kognitif, sosial-emosional, bahasa, motorik, dan juga seni, serta nilai agama

2. PENATAAN LINGKUNGAN
Penataan lingkungan bermain merupakan penataan lingkungan fisik baik di dalam atau di luar ruangan, termasuk seluruh lingkungan bermain anak mulai dari bentuk dan ukuran ruang,lantai, dinding, mebeulair, warna dan berbagai alat main yang direncanakan sesuai dengan perencanaan.

Tujuan dari penataan lingkungan adalah untuk mempersiapkan lingkungan fisik yang aman, nyaman, menarik dan didesain sesuai perencanaan sehingga mendorong anak untuk mengoptimalkan perkembangannya serta mendukung anak untuk mandiri, bersosialisasi dan menyelesaikan masalah

Penataan ruangan memperhatikan kebebasan anak bergerak, dengan memperhatikan
1. Kelompok usia anak (bayi, batita, atau prasekolah).
2. Jumlah anak yang akan dilayani, kebutuhan gerak setiap anak 3 m2 diluar yang terpakai untuk penataan loker, dan furnitur lainnya.
3. Lama belajar anak di lembaga PAUD
4. Dapat digunakan untuk berbagai kegiatan.
5. Antar ruang kegiatan dibatasi oleh pembatas setinggi anak agar dapat diobservasi oleh guru secara menyeluruh.
6. Penataan ruangan sebaiknya memfasilitasi anak untuk dapat bermain sendiri, dalam kelompok kecil, dan atau dalam kelompok besar
7. Cahaya, sirkulasi udara, sanitari, lantai/karpet bebas dari kutu, jamur, dan debu.
8. Penggunaan cat tembok dan kayu tidak mudah luntur saat dipegang anak
9. Lantai tidak berbahan licin dan harusnya mudah dibersihkan
10. Stop kontak tidak mudah dijangkau anak
11. Pegangan pintu setinggi jangkauan anak, kecuali pintu pagar setinggi jangkauan orang dewasa
12. Dinding sebaiknya tidak dilukis permanen. Warna perabot dan dinding menggunakan warna natural
13. Bebas dari asap rokok, bahan pestisida, dan Toxin
14. Bebas dari bahan yang mudah terbakar atau rapuh.

3. PENGORGANISASIAN BELAJAR
Pengorganisasian belajar dapat diartikan pengaturan ruang belajar yang disesuaikan dengan bentuk layanan, jumlah anak, dan kelompok usia anak yang dilayani.
Pengorganisasian ruang belajar memperhatikan:
A. Jumlah Anak
Idealnya setiap anak membutuhkan ruang bergerak di dalam ruangan 3m2. Namun demikian ruang belajar dalam bukan satu-satunya tempat belajar anak. Jika satuan PAUD memiliki ruang belajar luar yang cukup luas, maka dapat menambah jumlah anak yang dapat dilayani di satuan PAUD tersebut. Oleh karena itu sebaiknya ruang belajar tidak disekat permanen dan setiap ruangan hanya dipergunakan oleh satu kelompok anak. Ruang belajar yang bersifat bergerak (moving class) menjadi solusi bagi jumlah ruangan terbatas dengan jumlah anak didik banyak. Jangan sekali-kali memaksakan semua anak masuk ke dalam ruangan yang terbatas.

B. Kelompok usia anak
Kelompok usia anak mempengaruhi penataan ruangan dan jumlah anak yang dapat diterima di satuan PAUD. Semakin muda anak yang dilayani, maka semakin luas keperluannya untuk bergerak.

Kebutuhan jumlah pendidik untuk PAUD berbeda sesuai kelompok usianya. Semakin muda kelompok usia anak, ratio guru dan anak semakin kecil.
1. Kelompok usia 0 – 2 tahun, 1 guru maksimal menangani 4 anak
2. Kelompok usia 2 – 4 tahun, 1 guru maksimal menangani 8 anak
3. Kelompok usia 4 – 6 tahun, 1 guru maksimal menangani 15 anak

C. Lingkungan Kondusif
Lingkungan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa agar menarik, menyenangkan, aman, dan nyaman bagi anak. Penataan ruang diatur agar anak dapat berinteraksi dengan pendidik, pengasuh, dan anak lain. Lingkungan yang kondusif mampu mendorong munculnya proses pemikiran ilmiah.Lingkungan yang kondusif atau yang mendukung mencakup suasana yang baik, waktu yang cukup, dan penataan yang tepat.Waktu yang cukup dimaksudkan waktu cukup untuk bermain, cukup untuk beristirahat, dan cukup untuk bersosialisasi.

D. Berorientasi pada Pembelajaran Demokratis.
Pembelajaran yang demokratis sangat diperlukan untuk mengembangkan rasa saling menghargai antara anak dengan guru, dan dengan anak lain. Pembelajaran demokratis memupuk sikap konsisten pada gagasan sendiri, tetapi menghargai orang lain dan mentaati aturan.

E. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar
Penggunaan media dan sumber yang ada di lingkungan ini bertujuan agar pembelajaran lebih kontekstual dan bermakna. Termasuk dalam sumber belajar adalah orang-orang dengan profesi tertentu yang sesuai dengan tema, misalnya dokter, polisi, nelayan, dan petugas pemadam kebakaran

SUMBER:
BAHAN AJAR PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN DIKLAT LANJUT KEMENDIKBUD 2015

No comments:

Post a Comment