PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
(PAUD)
Anak merupakan salah satu anugerah terbesar yang Allah karuniakan kepada
seluruh umat manusia. Tugas sebagai orang tua yang dikaruniai seorang anak adalah
wajib untuk mengasihi, membimbing, memberikan pendidikan yang terbaik serta
mengupayakan kesejahteraannya sesuai dengan kemampuan yang orang tua miliki
karena anak juga adalah masa depan keluarga. Setiap orang tua sangat
menginginkan anaknya lebih baik, lebih hebat dan lebih berhasil dari mereka.
Sebaliknya tidak ada orang tua di muka bumi ini yang menginginkan anak-anaknya
lebih rendah kedudukan sosialnya, gagal dalam hidupnya dan tidak memiliki masa
depan yang cerah….
Keluarga adalah sebuah sekolah
yang utama, yang paling mendominasi dan berpengaruh kuat, sehingga akan membentuk
karekter anak kelak. Dan Ibu memegang kendali utama bagi anak-anaknya, yang
apabila anak tersebut dapat dididik dengan tepat akan dapat mempersiapkan suatu
bangsa dengan dasar yang baik.
Kehadiran anak dalam sebuah rumah tangga akan maenjadi generasi penerus
keturunan dari orang tuanya. Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat pernah berkata“Setiap
anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), kedua orang tuanyalah yang
menjadikan anak tersebut Yahudi atau Nasrani atau Majusi”. Penjelasan dari
hadist di atas menegaskan bahwa sesungguhnya setiap anak yang dilahirkan itu
laksana sebuah kertas putih yang polos dan bersih. Ia tidak mempunyai dosa dan
kesalahan serta keburukan yang membuat kertas itu menjadi hitam. Oleh sebab itu
ajaran Islam sangat menekankan pendidikan anak dimulai sejak
anak tersebut berada dalam kandungan dan salah satu momen yang penting adalah
ketika jabang bayi akan lahir dan setelah ibunya melahirkannya.
Pendidikan sejak dini merupakan salah satu kunci mengatasi
keterpurukan bangsa, khususnya dalam menyiapkan sumberdaya manusia yang handal
dimasa datang. Pendidikan pada anak mulai diberikan secara lebih intensif
ketika ia telah dilahirkan. Cara mendidik yang kurang tepat dan terarah dari
kedua orang tuanya, atau karena anak terpengaruh dengan lingkungannya,
menyebabkan karakter anak bisa berwarni-warni: berperangai buruk, tidak taat
kepada kedua orang tuanya dan tidak mau berbakti kepada Allah SWT.
Setiap anak memiliki kemampuan tak terbatas dalam belajar
yang telah ada dalam dirinya untuk dapat berpikir kreatif dan produktif. Apabila
anak distimulasi sejak dini, maka akan ditemukan jenius (potensi paling
baik/unggul) dalam dirinya. Oleh karena itu, anak memerlukan program pendidikan
yang mampu membuka kapasitas tersembunyi tersebut melalui pembelajaran bermakna
seawal mungkin. Bila potensi pada diri anak tidak pernah terealisasikan, maka
itu berarti anak telah kehilangan peluang dan momentum penting dalam hidupnya,
dan pada gilirannya negara akan kehilangan sumber daya manusia terbaiknya.
Bagi orang tua yang memiliki anak usia sekolah dini (2-4 tahun) bulan
Juni-juli adalah bulan sibuk untuk mencari dan memasukkan mereka dan ini adalah awal bagi si kecil belajar bersosialisasi. Semakin menjamurnya lembaga Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) mengharuskan orang tua selektif dan bijaksana dalam memberikan
keputusan bagi anaknya. Kesalahan melangkah akan berakibat fatal dan
menyebabkan penyesalan dikemudian hari.
Pada prinsipnya anak-anak dimana pun dan kapan pun berada suka bermain. Pilihlah
Lembaga PAUD yang dapat mengeksplorasi bakat dan minat anak sehingga
kemampuannya dapat dikembangkan dengan tepat.
Semakin pesatnya arus globalisasi menyebabkan orang tua memiliki tuntutan
yang sangat tinggi pada anaknya. Dalam beberapa kesempatan penulis masih
mendapati sikap orang tua yang instan, yakni menginginkan buah hatinya cakap
dalam segala hal… Berhati-hatilah dan renungkan… Apa yang diharapkan dari anak
usia 2-4 tahun? jika orang tua mengharap anak seusia tersebut sudah bisa
membaca, menulis, dan berhitung alangkah naifnya... Apalah arti kebanggaan dan kesuksesan yang telah dicapai anak bagi orang tuanya apabila nantinya mengakibatkan kerusakan syaraf-syaraf otak si kecil... Beberapa pengalaman yang pernah ditemui adalah anak mulai malas untuk bersekolah pada saat masuk SD gejala ini tampak saat anak masuk di kelas 4 SD, emosi dan kecerdasannya labil, bahkan yang paling ekstrim adalah anak enggan bersekolah karena otaknya sudah terkuras dan mengalami penekanan saat dia masuk PAUD.
Materi bermain yang menyenangkan bagi anak mungkin belum mengenal konsep
belajar, namun dengan banyaknya bermain mereka akan mendapatkan beberapa
pengetahuan baru sekaligus. Inilah yang disebut sebagai bermain sambil belajar.
Pilihlah PAUD yang memberikan kurikulum yang sesuai dengan umur anak usia dini. Jika pemilihan sekolah tepat, maka Pendidikan Anak Usia Dini akan membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani anak sehingga memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Anggapan bahwa pendidikan itu baru bisa dimulai setelah Sekolah Dasar (7 tahun)
ternyata tidak benar, bahkan pendidikan yang dimulai pada usia TK (4-6 tahun)
pun sebenarnya sudah terlambat karena sebenarnya pendidikan itu bisa dimulai
sejak anak lahir bahkan sejak dalam kandungan.
Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang merupakan masa dimana anak mulai
peka/sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing
anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara
individual. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis
yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga
merupakan masa peletak dasar untuk mengembangkan kemampuan kognitif, motorik,
bahasa, sosio emosional, agama dan moral.
Pada usia 2-3 tahun, sebaiknya tidak memasukkan teori-teori apalagi
mengajarkan calistung, tetapi lebih pada praktek yang melibatkan anak sendiri
dan didampingi oleh orang tua.
Kegiatan itu diantaranya: menangkap dan melempar bola, mendengar aba-aba
(lari, jalan, berhenti), naik turun tangga, meniti tali (seolah-olah bibuat
sebagai jembatan, bermain kereta api melewati terowongan, mendorong kursi,
berlari dan memondahkan benda, bernyanyi sambil bergaya, menyusun balok
(puzzle), berlari, merangkak, melompat, berjalan mundur, zig-zag. Adapun
kegiatan melatih motorik halus meliputi aktifitas seperti mewarnai, menabur,
meronce, menempel bersama bunda, klasifikasi benda berdasarkan bentuk maupun
warna.
Kegiatan belajar umur 2-3 tahun adalah mengajarkan anak bagaimana ia
harus bisa mendengarkan perintah. Anak-anak harus terbiasa melakukan perintah
dari sang buinda misalnya berbaris, antri, bergantian dll. Hal ini harus
dilakukan terus secara berulang-ulang. Bagi perkembangan anak pengulangan
kebiasaan itu sangatlah penting. Ini dapat menjadi bekal sebagai persiapan
mereka untuk masuk ke kelas yang lebih besar. Berdasarkan pengalaman anak-anak
yang tidak melalui kelas 2-3 tahun rata-rata mengalami kesulitan menyesuaiakan
diri dikelas besar 3-4 th.
Adapun kendala yang biasa dihadapi biasanya berkaitan dengan orang tua
murid. Banyak orang tua yang merasa proses belajar usia 2-3 th ini seolah tidak
ada artinya. Karena anak hanya diberi waktu bermain saja. Namun kita harus dapat menyadari bahwa justru pada usia inilah proses
belajar itu bermula. Melalui aneka permainan anak dapat menyerap maknanya.
Bahkan anak-anak yang kelihatannya hanya melihat saja tanpa melakukan apa-apa
itu juga bisa disebut sebagai proses belajar, karena mereka merekam apa saja
yang dilihatnya dalam memori ingatan meareka.
Beberapa kegiatan belajar sambil bermain yang
ditawarkan pada Lembaga pendidikan anak usia dini diantaranya :
1.Pembentukan perilaku & pengembangan kemampuan
dasar, meliputi kegiatan kognitif, kreatifitas, sosial emosional, fisik
motorik keimanan, ketakwaan dan budi pekerti. Diharapkan jika anak sudah
ditanamkan perilaku dan pengembangan kemampuan dasar tersebut kelak karakter
anak diharapkan dapat sesuai dengan yang didambakan orang tuanya.
2. Bagi yang beragama Islam, IMTAQ adalah
pelajaran dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia dini. Kegiatan ini
misalnya : membudayakan mengucapkan salam, hadist aplikatif, doa sehari-hari,
surat-surat pendek dalam Al-Quran, bacaan shalat, aqidah, ibadah dan akhlaq.Dalam hal menghafal usahakan suasana yang menyenangkan dan tanpa paksaan yang berlebihan. Kuantitas hafalan juga desesuaikan dengan kemampuan tiap anak. Apabila jumlah materi yang diberikan terlalu berlebihan akan maembuat anak bosan.
3. Kegiatan dan fasilitas penunjang diantaranya
pengenalan lingkungan, percobaan sederhana, mainan anak, pengenalan bahasa terpilih
misalnya bahasa Arab dan Inggris serta jangan lupa maengajarkan bahasa lokal.