KISAH TIMUN MAS (JAWA TENGAH)
Alkisah, di suatu
daerah di Jawa Tengah, hiduplah seorang
janda yang bernama Mbok Srini. Ia hidup sebatang kara sejak suaminya meninggal beberapa
tahun silam dan tidak mempunyai anak. Ia sangat mengharapkan keajaiban akan kehadiran
seorang anak untuk mengisi kesepiannya. Untuk meraih harapan itu, siang malam
ia selalu berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar diberi anak.
Pada suatu malam,
ia bermimpi didatangi oleh sesosok makhluk raksasa yang menyuruhnya pergi ke
hutan tempat yang biasanya ia mencari kayu bakar. Dalam mimpinya itu ia disuruh
mengambil sebuah bungkusan di bawah sebuah pohon besar. Saat terbangun di pagi
hari, Mbok Srini memikirkan tentang mimpinya semalam. “Mungkinkah keajaiban itu
benar-benar terjadi padaku?” tanyanya dalam hati dengan ragu.
Dengan penuh
harapan, ia bergegas menuju ke tempat yang ditunjuk oleh raksasa yang muncul
dalam mimpinya. Setibanya di hutan, ia mencari bungkusan itu di bawah pohon
besar. Mbok Srini kecewa karena ketika menemukan bungkusan yang dikiranya
berisi seorang bayi, ternyata hanyalah sebutir biji timun.
“Apa maksud
raksasa itu memberiku sebutir biji timun?” gumamnya dengan bingung.
Di tengah
kebingungannya, tanpa ia sadari tiba-tiba sesosok makhluk raksasa berdiri di
belakangnya sambil tertawa terbahak-bahak.
“Ha… ha… ha…!”
demikian suara tawa raksasa itu. Mbok Srini pun tersentak kaget seraya
membalikkan badannya. Ia sangat terkejutnya karena raksasa itu adalah yang hadir dalam mimpinya. Ia menjadi
ketakutan.
“Ampun, Tuan
Raksasa! Jangan memakanku! Aku masih ingin hidup,” pinta Mbok Srini dengan muka
pucat.
“Jangan takut,
hai perempuan tua! Aku tidak akan memakanmu. Bukankah kamu menginginkan seorang
anak?” tanya raksasa itu.
“Be… benar, Tuan
Raksasa!” jawab Mbok Srini dengan gugup.
“Kalau begitu,
segera tanam biji timun itu! Kelak kamu akan mendapatkan seorang anak
perempuan. Tapi, ingat! Kamu harus menyerahkan anak itu kepadaku saat ia sudah
dewasa. Anak itu akan kujadikan santapanku,” ujar raksasa itu.
Karena begitu
besar keinginannya untuk memiliki anak, tanpa sadar Mbok Srini menjawab,
“Baiklah, Raksasa! Aku bersedia menyerahkan anak itu kepadamu.”
Begitu Mbok Srini
selesai menyatakan kesediaannya, raksasa itu pun menghilang. Perempuan itu
segera menanam biji timun di ladangnya. Dengan penuh harapan, setiap hari ia
merawat tanaman itu dengan baik. Dua bulan kemudian, tanaman itu pun mulai
berbuah. Anehnya, tanaman timun itu hanya berbuah satu. Semakin hari buah timun
semakin besar melebihi buah timun pada umumnya. Warnanya pun sangat berbeda,
yaitu berwarna kuning keemasan. Ketika buah timun masak, Mbok Srini memetiknya,
lalu membawanya pulang ke gubuknya dengan susah payah kerana timun itu berat
sekali.
Sesampainya di
rumah ia membelah timun tersebut. Betapa terkejutnya ia karena mendapati seorang bayi perempuan yang sangat
cantik. Saat ia akan menggendongnya, bayi itu tiba-tiba menangis.
“Oeek… oeek… Oeeeek
!!!” demikian suara bayi itu. Alangkah bahagianya hati Mbok Srini mendengar
suara tangisan bayi yang sudah lama dirindukannya. Ia pun memberi nama bayi itu
Timun Mas.
“Cup… cup…
cup..!!! Jangan menangis Timun Mas, sayangku!” hibur Mbok Srini.
Tak terasa, air
mata bahagia mbok Srini menetes membasahi kedua pipinya yang sudah mulai
keriput. Perasaan bahagia itu membuatnya lupa kepada janjinya bahwa dia akan
menyerahkan bayi itu kepada raksasa suatu saat kelak.
Timun emas tumbuh
menjadi gadis yang cantik jelita. Ia dirawat dan dididik Mbok Srini dengan penuh kasih sayang. Janda tua itu
sangat bangga, karena selain cantik, putrinya juga memiliki kecerdasan yang
luar biasa dan perangai yang baik.
Suatu malam, Mbok
Srini bermimpi didatangi oleh raksasa yang dulu muncul dalam mimpinya. Raksasa
itu berpesan kepadanya bahwa seminggu lagi ia akan datang menjemput Timun Mas.
Sejak itu, Mbok Srini selalu duduk termenung seorang diri. Hatinya sedih,
karena ia akan berpisah dengan anak yang sangat disayanginya. Ia baru menyadari
bahwa raksasa itu ternyata jahat, karena Timun Mas akan dijadikan santapannya.
Melihat ibunya
sering duduk termenung, Timun Mas pun bertanya-tanya dalam hati. Suatu sore,
Timun Emas memberanikan diri untuk menanyakan kegundahan hati ibunya.
“Ibu, mengapa akhir-akhir ini Ibu
selalu tampak sedih?” tanya Timun Mas.
Sebenarnya Mbok
Srini tidak ingin menceritakan penyebab kegundahan hatinya, karena dia tidak
ingin anak semata wayangnya itu ikut bersedih. Namun, karena Timun emas terus mendesak,
akhirnya ia pun menceritakan perihal asal-usul Timun Mas yang selama ini ia
rahasiakan.
“Maafkan Ibu,
Anakku! Selama ini Ibu merahasiakan sesuatu kepadamu,” kata Mbok Srini dengan
wajah sedih.
“Rahasia apa,
Bu?” tanya Timun Mas penasaran.
“Ketahuilah,
Timun Mas! Sebenarnya, kamu bukanlah anak kandung yang lahir dari rahim Ibu.”
“Apa maksud, Ibu?” tanya Timun Mas.
Mbok Srini pun
menceritakan semua rahasia asal usul Timun Mas hingga peristiwa mimpinya tentang
sesosok raksasa yang akan datang menjemput anaknya untuk dijadikan santapan.
Mendengar cerita itu, Timun Mas tersentak kaget seolah-olah tidak percaya.
“Aku tidak mau ikut bersama raksasa
itu. Aku sangat sayang kepada Ibu yang telah mendidik dan membesarkanku,” kata
Timun Mas. Mendengar perkataan Timun Mas, Mbok Srini kembali termenung. Ia
bingung mencari cara agar anaknya selamat dari santapan raksasa itu.
Sampai pada hari
yang telah dijanjikan oleh raksasa, Mbok Srini belum juga menemukan jalan
keluar. Hatinya pun mulai cemas. Dalam kecemasannya, tiba-tiba ia menemukan
sebuah akal. Ia menyuruh Timun Mas berpura-pura sakit. Dengan begitu, tentu
raksasa itu tidak akan mau menyantapnya.
Saat matahari
mulai senja, raksasa mendatangi gubuk Mbok Srini.
“Hai, Perempuan
Tua! Mana anak itu? Aku akan membawanya sekarang,” pinta raksasa itu.
“Maaf, Tuan
Raksasa! Anakku sedang sakit keras. Jika kamu menyantapnya sekarang, tentu
dagingnya tidak enak. Bagaimana kalau tiga hari lagi kamu datang kemari? Saya
akan menyembuhkan penyakitnya terlebih dahulu,” bujuk Mbok Srini mengulur-ulur
waktu hingga ia menemukan cara agar Timur Mas bisa selamat.
“Baiklah, kalau
begitu! Tapi, kamu harus berjanji akan menyerahkan anakmu padaku,” kata raksasa
itu.
Setelah Mbok
Srini berjanji, raksasa itu pun menghilang. Mbok Srini berpikir keras mencari cara untuk menyelamatkan Timun Mas. Ia
mencoba mencari jalan keluar dengan meminta bantuan kepada seorang pertapa yang
tinggal di sebuah gunung.
“Anakku! Besok
pagi-pagi sekali Ibu akan pergi ke gunung untuk menemui seorang pertapa. Dia
adalah teman almarhum suami Ibu. Barangkali dia bisa membantu kita untuk
menghentikan niat jahat raksasa itu,” ungkap Mbok Srini.
“Benar, Bu! Kita
harus membinasakan raksasa itu. Timun tidak mau menjadi santapannya,” imbuh
Timun Mas.
Keesokan harinya,
pagi-pagi sekali, berangkatlah Mbok Srini ke gunung itu. Sesampainya di sana,
ia langsung menemui pertapa itu dan menyampaikan maksud kedatangannya.
“Maaf, Tuan
Pertapa! Maksud kedatangan saya kemari ingin meminta bantuan kepada Tuan,” kata
Mbok Srini.
“Apa yang bisa
kubantu, Mbok Srini?” tanya pertapa itu.
Mbok Srini pun
menceritakan masalah yang sedang dihadapinya. Mendengar cerita Mbok Srini,
pertapa itu bersedia membantu.
“Baiklah, kamu
tunggu di sini sebentar!” seru pertapa itu seraya berjalan masuk ke dalam ruang
rahasianya.
Tak berapa lama,
pertapa itu kembali sambil membawa empat buah bungkusan kecil, lalu menyerahkannya
kepada Mbok Srini.
“Berikanlah
bungkusan ini kepada anakmu. Keempat bungkusan ini masing-masing berisi biji
timun, jarum, garam dan terasi. Jika raksasa itu mengejarnya, suruh anakmu
menyebarkan isi bungkusan ini!” jelas pertapa itu.
Mbok Srini pulang
membawa keempat bungkusan tersebut. Setiba di gubuknya, Mbok Srini menyerahkan
keempat bungkusan itu dan menjelaskan kepada Timun Mas apa yang harus
dilakukannya. Hati Mbok Srini mulai agak tenang, karena anaknya sudah mempunyai
senjata untuk melawan raksasa itu.
Dua hari
kemudian, Raksasa itu pun datang untuk menagih janjinya kepada Mbok Srini. Ia
sudah tidak sabar lagi ingin membawa dan menyantap daging Timun Mas.
“Hai, perempuan
tua! Kali ini kamu harus menepati janjimu. Jika tidak, kamu juga akan kujadikan
santapanku!” ancam raksasa itu.
Mbok Srini tidak takut
lagi menghadapi ancaman itu. Dengan tenang, ia memanggil Timun Mas agar keluar
dari dalam gubuk. Tak berapa lama, Timun Emas pun keluar lalu berdiri di
samping ibunya.
“Jangan takut,
Anakku! Jika raksasa itu akan menangkapmu, segera lari dan ikuti petunjuk yang
telah kusampaikan kepadamu,” Mbok Srini membisik Timun Mas.
“Baik, Bu!” jawab
Timun Mas.
Melihat Timun Mas
yang benar-benar sudah dewasa, rakasasa itu semakin tidak sabar ingin segera
menyantapnya. Ketika ia hendak menangkapnya, Timun Mas berlari
sekencang-kencangnya. Raksasa itu pun mengejarnya. Tak ayal lagi, terjadilah
kejar-kerajaan antara makhluk raksasa itu dengan Timun Mas. Setelah berlari
jauh, Timun Mas mulai kecapaian, sementara raksasa itu semakin mendekat.
Akhirnya, ia pun mengeluarkan bungkusan pemberian pertapa itu.
Pertama-tama
Timun Mas menebar biji timun yang diberikan oleh ibunya. Sungguh ajaib, hutan
di sekelilingnya tiba-tiba berubah menjadi ladang timun. Dalam sekejap, batang
timun tersebut menjalar dan melilit seluruh tubuh raksasa itu. Namun, raksasa
itu mampu melepaskan diri dan kembali mengejar Timun Mas.
Timun Emas lalu melemparkan
bungkusan yang berisi jarum. Dalam sekejap, jarum-jarum tersebut berubah
menjadi rerumbunan pohon bambu yang tinggi dan runcing. Namun, raksasa itu
mampu melewatinya dan terus mengejar Timun Mas, walaupun kakinya berdarah-darah
karena tertusuk bambu tersebut.
Melihat usahanya
belum berhasil, Timun Mas membuka bungkusan ketiga yang berisi garam lalu
menebarkannya. Seketika itu, hutan yang telah dilewatinya tiba-tiba berubah
menjadi lautan luas dan dalam, namun raksasa itu tetap berhasil melaluinya
dengan mudah.
Timun Emas mulai
cemas, karena senjatanya hanya tersisa satu. Jika senjata tersebut tidak
berhasil melumpuhkan raksasa itu, maka tamatlah riwayatnya. Dengan penuh
keyakinan, ia pun melemparkan bungkusan terakhir yang berisi terasi. Tempat
jatuhnya terasi itu tiba-tiba menjelma menjadi lautan lumpur yang mendidih.
Alhasil, raksasa itu pun tercebur ke dalamnya dan tewas seketika. Maka
selamatlah Timun Emas dari kejaran dan santapan raksasa itu.
Dengan sekuat
tenaga, Timun Emas berjalan menuju ke gubuknya untuk menemui ibunya. Melihat
anaknya selamat, Mbok Srini pun langsung berucap syukur kepada Tuhan Yang
Mahakuasa. Sejak itu, Mbok Srini dan Timun Mas hidup berbahagia.
Pelajaran yang dapat diambil dari
cerita Timun Mas adalah :
1. Orang yang mempunyai niat jahat terhadap orang
lain (raksasa), pada akhirnya akan celaka.
2. Jika memiliki keinginan, berusahalah dengan
keras agar dapat tercapai. Jika kita menghadapi masalah jangan janganlah takut,
namun hadapilah masalah dengan berani karena ada solusi/penyelesaian untuk mengatasi
masalah tersebut. . (Mbok Srini dan Timun Mas, berkat
usaha dan kerja kerasnya, mereka dapat membinasakan raksasa jahat yang hendak
memangsa Timun Mas).
Cerita Malin Kundang (Sumatera Barat)
Cerita Malin Kundang (Sumatera Barat)
Konon, di daerah Pantai
Air Manis, Padang, Sumatera Barat hiduplah seorang janda bernama Mande Rubayah bersama
seorang anak laki-laki bernama Malin Kundang. Sejak kanak-kanak, Ayah Malin
Kundang sudah meninggal dunia.
Pada saat Malin menginjak
dewasa, ada sebuah kapal besar berlabuh di Pantai Air Manis. Kedatangan kapal
tersebut meneguhkan hati Malin untuk pergi merantau.
"Bu, saya
ingin pergi mencari kerja merantau ke negeri orang. Belum tentu setahun sekali
ada kapal besar merapat di pantai ini. Saya akan mencari kerja agar nasib kita
berubah dan terbebas dari kemiskinan”, kata Malin Kundang. Meski dengan berat
hati, akhirnya Mande Rubayah pun mengizinkan anaknya pergi.
Hari demi hari
berganti, bulan berjalan, dan tahun terlewati, Malin telah pergi meninggalkan
kampungnya tanpa pernah memberi kabar kepada ibunya.
Pada suatu hari,
sebuah kapal besar berlabuh di pantai Air Manis. Melihat hal itu, Mande Rubayah
ikut berdesakan mendekati kapal tersebut. Ia melihat seorang lelaki muda dan sangat
yakin bahwa lelaki muda itu adalah Malin Kundang. Tanpa canggung, ia langsung
memeluk Malin erat-erat, seolah takut kehilangan anaknya lagi. Lalu ia pun
menyapa Malin dengan suara serak, karena menahan tangis bahagia.
"Malin,
anakku, mengapa begitu lamanya kau meninggalkan ibu?" Malin terpana karena
ia tak percaya bahwa wanita itu adalah ibunya.
Istri Malin yang
cantik itu berkata, “Apakah Wanita buruk ini ibumu? Mengapa kau membohongi
aku?" Lalu dia berkata lagi. "Bukankah dulu kau katakan ibumu adalah
seorang bangsawan sederajat dengan kami?"
Mendengar
kata-kata istrinya, Malin Kundang mendorong wanita tua itu hingga terguling ke
pasir. Mande Rubayah berkata lagi, "Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu,
Nak!" Malin Kundang tidak menghiraukan perkataan ibunya.
"Hai,
Perempuan tua! Ibuku tidak sepertimu, engkau tampak sangat miskin dan
kotor!" kata si Malin sambil mendorong wanita tua itu hingga terkapar
pingsan.
Ketika Mande
Rubayah sadar, Pantai Air Manis sudah sepi. Di laut dilihatnya kapal Malin
semakin menjauh. Hatinya perih seperti ditusuk-tusuk. Tangannya ditengadahkan
ke langit. Ia kemudian berseru, "Ya Allah, Yang Maha Kuasa, kalau dia
bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi. Tapi kalau memang benar dia
anakku, Malin Kundang, aku mohon keadilan-Mu."
Tidak lama
kemudian, cuaca di tengah laut yang tadinya cerah, mendadak berubah menjadi
gelap. Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba datanglah badai besar menghantam
kapal Malin Kundang. Seketika kapal itu hancur berkeping-keping. Kemudian
terempas ombak hingga ke pantai.
Keesokan harinya,
di kaki bukit terlihat kepingan kapal yang telah menjadi batu. Itu adalah kapal
Malin Kundang. Tak jauh dari batu itu, nampaklah sebongkah batu lainnya yang
menyerupai tubuh manusia yaitu Malin Kundang. Anak durhaka itu terkena kutukan ibunya menjadi batu. Di
sela-sela batu tersebut, berenang-renang ikan teri, ikan belanak, dan ikan
tenggiri. Konon, ikan-ikan itu berasal dari serpihan tubuh sang istri yang
terus mencari Malin Kundang.
Pelajaran yang dapat diambil dari
cerita Malin Kundang adalah :
“ Jangan durhaka kepada Ibunya”.
Seorang anak yang durhaka kepada ibu kandungnya, (lebih mencintai harta benda) sehingga
ia dikutuk menjadi batu.
Cerita Bawang Putih Bawang Merah (Riau)
Alkisah, ada
sebuah keluarga yang hidup bahagia memiliki seorang anak perempuan yang bernama
Bawang Putih. Pada suatu hari, ibu Bawang Putih jatuh sakit dan akhirnya
meninggal. Setelah kejadian itu, Bawang Putih hidup dengan ayahnya. Ayah Bawang
Putih adalah seorang pedagang yang sering bepergian jauh. Karena tak tega
meninggalkan Bawang Putih sendirian dan memiliki teman yang membantunya dirumah,
akhirnya ayah Bawang Putih memutuskan menikah lagi dengan seorang janda yang memiliki
satu anak bernama Bawang Merah yang tidak lain adalah tetangga mereka sendiri. Tinggalah
Bawang Merah dan ibu tirinya itu di rumah mereka.
Bawang Putih
adalah gadis sederhana yang rendah hati, tekun, rajin, jujur dan baik hati.
Sementara Bawang Merah adalah seorang gadis yang malas, sombong, suka
bermewah-mewah, tamak dan pendengki. Sifat buruk Bawang Merah kian menjadi-jadi
akibat ibunya selalu memanjakannya. Ibunya selalu memenuhi semua permintaan dan
tuntutan Bawang Merah. Selain itu semua pekerjaan di rumah selalu dilimpahkan
kepada Bawang Putih. Bawang Putih tidak pernah mengeluh nasib buruk yang harus
dia hadapi. Dia selalu melayani ibu tiri dan saudara perempuannya dengan
gembira.
Mereka bersikap
baik pada Bawang Putih hanya ketika ayahnya ada bersamanya. Namun ketika
ayahnya pergi berdagang, mereka menyuruh Bawang Putih mengerjakan segala
pekerjaan rumah seperti seorang pembantu. Situasi semakin buruk ketika ayahnya
jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Bawang Putih merasa semakin tersiksa sejak
ayahnya meninggal. Badannya menjadi kurus dan matanya semakin sayu. Ia sangat
merindukan kehidupan sebelumnya yang sangat berbahagia bersama ibu dan ayah
kandungnya.
Suatu hari di
pagi yang cerah, Bawang Putih pergi mencuci baju ibu dan saudara tirinya di
sungai. Betapa sedih hati Bawang Putih ketika menyadari bahwa selembar kain
milik ibunya hanyut oleh aliran sungai. Dia berpikir jika kain itu tidak dapat
ditemukan, maka dia disalahkan dan akan dihukum dan diusir dari rumah.
Karena takut kain
ibunya tidak bisa ditemukan, Bawang Putih terus mencari dan berjalan di
sepanjang sungai. Setiap kali dia melihat seseorang di tepi sungai, dia selalu
bertanya tentang pakaian ibunya yang hanyut di sungai, tetapi semua orang tidak
tahu di mana kain itu. Tibalah Bawang Putih di suatu tempat di mana sungai
mengalir ke sebuah gua. Di dalam gua itu ada seorang nenek yang sangat tua.
Bawang Putih bertanya pada nenek itu jika dia tahu keberadaan kain milik
ibunya.
Nenek itu tahu di
mana kain milik ibu Bawang Putih, tetapi dia memberi syarat sebelum
menyerahkannya ke Bawang Putih bahwa dia harus bekerja membantu nenek. Bawang
Putih menyanggupi syarat tersebut karena ia sudah terbiasa bekerja keras. Semua
pekerjaan yang diperintahkan nenek itu dapat dilaksanakan dan nenek merasa
senang dan puas.
Hari menjelang
sore, Nenek menyerahkan kain yang dicari Bawang Putih. Karena kebaikannya, nenek
itu menawarkannya hadiah labu. Ada dua buah labu, yang satu lebih besar dari
yang lain. Bawang Putih diminta untuk memilih hadiah yang diinginkannya. Karena
Bawang Putih tidak serakah, maka dia memilih yang lebih kecil lalu ia bergegas
pulang.
Ibu tiri dan
Bawang Merah sangat marah karena Bawang Putih terlambat pulang. Bawang putih
menceritkan peristiwa yang dialami hari ini. Masih dalam keadaan marah Ibu tiri
membanting labu itu ke tanah karena Bawang
Putih terlambat dan hanya membawa satu labu kecil.
Labu itu pecah,
anehnya saat labu itu pecah ada perhiasan emas yang indah dan berkilauan keluar
dari labu itu. Ibu tiri dan Bawang Merah sangat terkejut. Karena mereka
serakah, mereka berteriak pada Bawang Putih dan membentak kenapa Bawang Putih
tidak mengambil labu yang besar. Dalam pikiran Bawang Merah dan Ibunya, jika
labu yang lebih besar diambil, mereka pasti mendapatkan lebih banyak perhiasan
dan akan menjadi kaya.
Karena sifat
serakah itu, Bawang Merah mengikuti peristiwa yang diceritakan oleh Bawang
Putih. Dia menghanyutkan kain ibunya, berjalan di sepanjang sungai, bertanya
pada orang-orang dan akhirnya datang ke gua tempat nenek itu tinggal. Tidak
seperti Bawang Putih, Bawang Merah menolak perintah nenek itu untuk bekerja dan
ia bahkan dengan sombong memerintahkan nenek itu untuk memberinya labu yang
lebih besar. Nenek itu memenuhi permintaan Bawang Merah memberikan labu yang besar
untuk Bawang Merah.
Bawang Merah
dengan senang hati membawa labu yang diberikan nenek itu, sambil membayangkan
berapa banyak perhiasan yang akan ia dapatkan. Setibanya di rumah, sang Ibu
menyambut putri kesayangannya. Tidak lama setelah itu, labunya dihancurkan ke
tanah, tetapi alih-alih mendapatkan perhiasan, berbagai ular dan binatang berbisa
yang menakutkan keluar dari dalam labu tersebut. Bawang Merah dan Ibunya
akhirnya menyesal dan menyadari apa yang telah mereka lakukan selama ini. Mereka
meminta maaf atas semua perbuatan yang telah dilakukan kepada Bawang Putih .
Pelajaran yang dapat diambil dari
Cerita Bawang Putih dan Bawang Merah adalah
1 . Jadilah anak yang rajin dan suka bekerja maka
orang lain akan menyukaimu.
2 .
Sifat serakah
tidak kan membuat bahagia dan mendapat petaka, bersyukurlah atas nikmat Allah
yang telah dikaruniakan kepada diri kita.
3 . Jadilah anak untuk selalu jujur, rendah hati
dan sabar dalam menghadapi setiap masalah.
SUMBER :
KEONG MAS (JAWA TIMUR)
Dahulu kala, ada sebuah
kerajaan yang sangat indah dan megah bernama kerajaan Daha yang dipimpin seoarang Raja
bernama Kertamarta. Raja Kertamarta mempunyai dua orang Putri yang cantik yaitu
Dewi Galuh dan Candra Kirana. Kehidupan mereka sangat bahagia dan berkecukupan.
Pada suatu hari,
datanglah seorang Pangeran tampan dari kerajaan Kahuripan bernama Raden Inu
Kertapati. Maksud kedatangan Pangeran untuk melamar putri Candra Kirana. Raja
Kertamarta menyambut kedatangan pangeran ersebut dengan baik. Putri Candra
Kirana pun menerima lamaran Pangeran Raden Inu Kertapati.
Pertunangan itu
membuat Dewi Galuh merasa iri. Ia menaruh hati pada Raden Inu Kertapati dan
merasa dirinyalah yang lebih cocok menjadi tunangannya. Perasaan iri ini berkembang
menjadi perasaan benci. Dewi Galuh merencanakan untuk menyingkirkan Candra
Kirana dari kerajaan.
Suatu hari,
secara diam-diam Putri Dewi Galuh pergi menemui sorang penyihir jahat. Ia
meminta bantuan kepada Penyihir untuk menyihir Candra Kiran menjadi sesuatu
yang menjijikan sehingga Pangeran menjauhinya danIa pun berharap menjadi
pengganti Candra Kirana sebagai tunangannya.
Penyihir itu menyetujui
permintaan Dewi Galuh. Namun, Penyihir tidak dapat masuk istana karena dapat
menimbulkan sebuah kecurigaan. Dewi Galuh mempunyai siasat untuk memfitnah
Candra Kirana, sehingga ia di usir dari kerajaan. Candra Kirana meninggalkan
kerajaan dengan perasaan sedih. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan penyihir
jahat dan menyihir Candra Kirana menjadi Keong Mas. Setelah berhasil menyihir
Candra Kirana, penyihir langsung membuangnya ke sungai.
‘’Kutukanmu akan
hilang, jika kamu dapat bertemu dengan tunanganmu Pangeran Raden Inu.’’ Ujar
Penyihir.
Suatu hari, ada seorang
Nenek yang mencari ikan dengan menggunakan jala di sungai. Keong Mas ikut
tersangkut oleh jala tersebut. Melihat betapa indahnya Keong Mas yang ia
dapatkan, Si Nenek langsung membawanya pulang dan di simpannya Keong Mas itu di
tempayan. Nenek tersebut memelihara Keong Mas dengan baik dan memberikan makan,
agar tidak mati.
Keesokan harinya,
sang Nenek kembali ke sungai untuk mencari Ikan. Hari itu tidak satu pun ikan yang
ia dapatkan. Karena sudah terlalu lama menjala tapi tidak mendapatkan hasil, Ia
pun memutuskan untuk segera pulang ke rumah.
Sesampainya Nenek
di rumah, Ia sangat terkejut karena melihat makanan yang sangat enak sudah
tersedia di atas mejanya. Ia merasa sangat heran dan bertanya-tanya siapa yang
sudah membuatkan makanan ini. Kejadian tersebut berulang setiap hari. Karena
penasaran, suatu hari Sang Nenek pura-pura pergi ke sungai. Ia ingin tahu dan
mengintip siapa yang sudah membuatkan makanan setiap hari.
Pada saat
mengintip dari celah bambu di rumahnya, Sang nenek terkejut ketika melihat
Keong Mas yang ia simpan di tempayan berubah menjadi seorang gadis yang cantik
jelita. Gadis cantik tersebut langsung menyiapkan makanan di atas meja.
Sang Nenek
langsung menghampiri Gadis cantik tersebut. “ Siapa kamu Putri yang cantik? Dan
dari manakah asalmu?” Tanya Sang Nenek.
Keong Mas yang
berubah menjadi wujud aslinya yaitu Candra Kirana. Sangat terkejut melihat
kedatangan Sang Nenek yang tiba-tiba. Akhirnya, Candra Kirana menjelaskan siapa
ia sebenarnya. Dan menceritakan kenapa ia berubah menjadi Keong Mas. Setelah
menjelaskan kepada Sang Nenek, Candra Kirana pun kembali berubah wujud menjadi
Keong Mas.
Sementara itu,
Pangeran Raden Inu terus mencari Putri Candra Kirana yang mendadak hilang entah
kemana. Kabar dari Candra Kirana pun tidak ia dapatkan. Pangeran Inu kertapati
sangat yakin bahwa Candra Kirana masih hidup. karena kenyakinan itu membuat
Raden Inu tidak berhenti mencari. Ia pun berjanji, tidak akan kembali ke
kerajaan sebelum menemukan tunangannya Candra Kirana.
Akhirnya,
Penyihir jahat mengetahui bahwa Pangeran Inu sedang mencari Candra Kirana. Ia
mencari cara agar Pangeran tidak dapat menemukan Candra Kirana. Ia pun menyamar
menjadi seekor Burung Gagak.
Di tengah
perjalanan, Raden Inu di kejutkan oleh Burung Gagak yang dapat bicara. Burung
Gagak tersebut mengetahui tujuannya. Pangeran yang merasa senang dan menganggap
Burung tersbut tahu dimana keberadaan candra Kirana. Ia pun mengiikuti petunjuk
yang di berikan Burung Gagak. Padahal petunjuk jalan tersebut salah.
Pangeran Inu
mulai kebingungan dengan petunjuk yang diberikan Burung Gagak. Di tengah
perjalanan, ia bertemu dengan seorang Kakek tua yang sedang kelaparan dan ia memberikan
makanan kepada kakek itu. Ternyata, Kakek tersebut adalah seorang Kakek yang
sakti dan menolong Raden Inu dari Burung Gagak. Kakek memukul Burung Gagak
dengan tongkatnya dan tiba-tiba burung Gagak berubah menjadi asap.
Kakek tersebut
memberikan petunjuk jalan. Pangeran Inu Kertapati segera menuju Desa Dadapan.
Berhari-hari, ia menempuh perjalanan. Di tengah perjalanan bekalnya telah
habis. Ia merasa sangat kehausan. ia pun melihat sebuah Rumah dan segera menuju
ke rumah tersebut. Ia berniat untuk meminta segelas air. Namun, bukannya hanya
air yang ia dapatkan. Tetapi candra Kira yang ia cari. Ia melihat tunangannya
dari jendela sedang memasak.
Akhirnya,
Pangeran Inu dapat menemukan Candra Kirana. Ia merasa sangat senang. Begitu
pula dengan Candra Kirana yang berhasil menghilangkan kutukannya, apabila
bertemu dengan tunangannya. Candra Kirana menjadi gadis cantik jelita.
Raden Inu
Kertapti segera membawa Candra Kirana ke kerajaan Daha. Ia pun mengajak Nenek
yang sudah menolongnya. Candra Kirana pun menjelaskan perbuatan Dewi Galuh
selama ini kepada Baginda Raja. Akhirnya, kejahatan Dewi Galuh terbongkar.
Dewi Galuh
mendapat hukuman atas perbuatannya itu. Namun, karena aerasa takut akan
hukuman. ia melarikan diri ke hutan. Sementara Baginda minta maaf kepada
Candra.
Akhirnya,
Pangeran Raden Inu dan Candra Kirana memutuskan untuk menikah. Mereka hidup
behagia.
Pelajaran yang dapat diambil dari Cerita Keong Mas adalah sebaik-baiknya
menutupi kejahatan, suatu saat akan terbongkar juga. Selalu berbuat baik dan
jauhkan diri dari iri dengki maka akan selamat dalam menjalani kehidupan.
SUMBER : https://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-indonesia-dongeng-keong-mas/