CALISTUNG (baca tulis hitung) tidak boleh dipaksakan untuk anak usia dini (PAUD) kecuali si anak memang sudah siap untuk menerima materi baca tulis.
Pra-keaksaraan
atau keaksaraan awal adalah istlah yang digunakan untuk menjelaskan kemampuan
anak dalam menggunakan aksara atau membaca dan menulis yang dikuasai sebelum
anak belajar cara membaca dan menulis. Fase membaca yang paling penting bagi anak adalah antara usia 5-9 tahun.
Mengenalkan keaksaraan (pra keaksaraan) pada anak usia dini (balita) dapat diupayakan dengan cara menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan memberikan kegiatan main anak yang bermakna, aman, nyaman dan menyenangkan sesuai tahap perkembanganya. Rangsangan/stimulasi dapat dilakukan secara terus menerus berupa kegiatan main seperti mendongeng, membaca buku bersama, menyanyi, bercakap-cakap, dan kegiatan motorik halus.
Keaksaraan diantaranya
mencakup peningkatan kosa kata dan bahasa, kesadaran fonologi,wawasan
pengetahuan, percakapan/mendongeng, memahami buku-buku, dan lain-lain. Sebaiknya KEAKSARAAN tidak DIAJARKAN tetapi dimunculkan dalam pengalaman sehari-hari melalui kegiatan permainan menggunakan bahan-bahan yang beragam dan tepat dengan bimbingan dan atau bantuan orang dewasa.
Membaca dan menulis bagi anak usia dini saat ini masih
menjadi polemik, Sebagian masyarakat ada yang berpendapat bahwa membaca bagi AUD berarti
memaksakan anak untuk memiliki kemampuan yang seharusnya baru diajarkan di
Sekolah Dasar (SD), sebagian lain berpendapat bahwa tidak masalah
mengajarkan membaca sejak AUD agar anak memiliki kesiapan ketika
masuk SD. Orangtua menjadi bingung karena beberapa SD yang difavoritkan di masyarakat sebagian besar memiliki salah satu syarat masuk SD adalah sudah mampu membaca,
Anak akan
mengalami kesulitan membaca bila, 1. Kurang kesempatan berlatih dengan aksara.
2. Kurang kesempatan mengembangkan strategi memahami bacaan. 3. Sering berlatih
membaca di luar kemampuannya. 4. Mempunyai pengalaman negatif terhadap membaca.
Atau dipaksa/terpaksa membaca di luar minatnya. Sehingga yang perlu diperhatikan untuk orang tua yang tidak
boleh dilakukan dan sebaiknya dihindari adalah metode keaksaraan konvensional, dimana mengajari membaca anak yang memuat komponen reseptif yang meliputi ketepatan
pengkodean, kelancaran pengkodean, dan pemahaman bacaan. Karena anak dapat
mengkodekan hal-hal/kosakata yang dapat dipahami, tetapi anak tidak dapat
memahami hal-hal yang tidak dapat dikodekan. Jadi membaca itu melibatkan 2 hal.
Pertama kemampuan pengkodean dan kedua kemampuan pemahaman”
Ragam kegiatan main (motorik halus) anak untuk mengenal keaksaraan awal yang dapat dilakukan antara lain
1. Menjepit urutan huruf membentuk nama
Alat dan Bahan : gunting, selotip bening, kertas asturo warna-warni, tali kur, penjepit baju dan print huruf/angka
2. Bermain detektif dengan Mengarsir huruf/angka
Alat dan bahan: Kertas/karton, lilin/krayon warna putih, pensil
Cara main: Tulislah huruf/angka menggunakan lilin/krayon putih, lalu arsir menggunakan pensil.
Sebagai alternatif lain selain mengarsir dengan pensil kita bisa menggantikan dengan serbuk arang menggunakan telunjuk untuk mengarsir.
3. Kolase huruf dari kertas
Alat dan bahan : kertas HVS, kertas warna, pensil, lem dan gunting
4. Membentuk huruf/angka dengan plastisin/kinetic sand (pasir ajaib)
Bahan untuk membuat plastisin dan kinetic sand akan diposting di artikel berikutnya
5. Menggunting, menyusun dan menempel huruf
Diambil dan diolah dari berbagai sumber.